Suasana
hijau yang asri, udara sejuk, dan penduduk yang ramah akan menyambut
kita ketika menjejakkan langkah di desa Banjarharjo. Rasa alami, jauh
dari bising kota yang terkesan panas dan palsu. Dibalik selendang
keanggunannya, ternyata desa ini menyimpan potensi wisata yang sangat
kaya, dua diantaranya yang telah diresmikan adalah Makam Nyi Ageng
Serang di dukuh Beku dan Jembatan Gantung Duwet yang menjadi cagar
budaya.
Gerpule,
merupakan satu dari 22 padukuhan yang dinaungi desa Banjarharjo,
Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Dukuh ini berbatasan
dengan dukuh Beku di sebelah timur, menjadi lokasi tempat bersejarah
makam Nyi Ageng Serang. Apabila kita menyusuri jalan menuju makam Nyi
Ageng Serang, sebagian daerah Gerpule akan terlewati termasuk
kediaman Bapak Samiran yang menjadi dukuh di Gerpule. Lokasi goa
Landak tidak jauh dari rumah bapak Samiran ini.
asrinya suasana
di dukuh Gerpule
Sejarah
Goa Landak
Goa
Landak dipercaya masyarakat telah ada sejak dahulu kala, goa ini
terbentuk secara alami dan akhirnya menjadi tempat persembunyian
landak dari manusia. Landak-landak yang mendiami tempat ini
lama-kelamaan semakin banyak. Saking banyaknya landak-landak ini
membentuk semacam koloni sendiri di perut goa.
Namun
anehnya, para landak tidak akan menampakkan wujudnya di sembarang
tempat. Mereka hanya akan keluar di saat musim panen tiba. Masyarakat
sekitar sebenarnya merasa terganggu dengan landak-landak yang sering
mencuri hasil panen ini. Namun masyarakat tidak berani mengusik para
landak dan mengganggu ketentraman di areal sekitar goa. Menurut
cerita dari Bapak Samiran (DukuhGerpule), wilayah goa Landak dan
sekitarnya dahulu terkenal sebagai tempat wingit/angker. Tidak
sembarang orang berani menyusuri tempat ini karena takut akan terkena
dampak buruk.
Penutupan
Goa Landak
Landak-landak
yang mendiami goa landak memang tidak sering keluar ataupun menakuti
warga, namun kebiasaan mencuri makanan saat musim panen cukup
meresahkan juga. Awal abad ke-19, Indonesia memasuki masa krisis, dan
kemiskinan merajalela akibat pergolakan yang terjadi di Belanda
ataupun gerakan idealis ingin merdeka yang mulai merambahi ideologi
para pemuda Indonesia. Masyarakat Gerpule tak terkecuali terkena
imbas krisis ini meskipun tidak secara langsung. Warga hidup
berkecukupan, bahkan cenderung menengah ke bawah. Panen yang
dihasilkan hanya cukup untuk membayar setoran bagi pemerintah dan
menutup kebutuhan makan sehari-hari. Ditambah dengan gangguan dari
hama landak ini maka masyarakat benar-benar dalam kesulitan.
ditemukan juga fosil-fosil kecil
seperti fosil landak di dalam proses penggalian
Melalui
musyawarah bersama, kira-kira pada tahun 1930-an goaLandak diputuskan
untuk ditutup oleh para sesepuh desa. Karena wilayah goa landak ini
terkenal angker, maka menutupnya pun tidak bisa sembarangan. Goa
Landak ditutup oleh tiga tokoh pilihan Gerpule, KromoYudho,
WangsoKaryo, dan WangsoTaruno. Mereka adalah tiga sesepuh desa yang
terkenal memiliki kesaktian ajiwedhusmlayu
dan
watusujud.
Wedhusmlayu merupakan
ajian yang memungkinkan pemiliknya untuk bisa berlari dengan sangat
cepat, sementara watusujud
mampu
meringankan berat batu sebesar apapun agar bisa diangkat dengan
mudah. Dengan usaha tiga orang tokoh ini, goa Landak berhasil ditutup
dengan menggunakan sebuah batu besar.
di batu-batu karang inilah
biasa ditemukan fosil-fosil
Perkembangan
Goa Landak
Selama
kurang lebih setengah abad, goa Landak seperti mati suri tertutup
bebatuan.Tumbuh-tumbuhan hutan mulai muncul merambat di sekitar mulut
goa. Lima puluh tahun memang bukan waktu yang singkat, suasana mistis
muncul kembali dibumbui dengan legenda penutupan goa Landak membuat
masyarakat jaga jarak.
Namun
aneh, ternyata masih ada pula sebagian orang yang datang ke tempat
ini. Bukan untuk nyepi mempertebal wawasan spiritual, nongkrong, atau
sekedar jalan-jalan. Beberapa orang datang untuk mencari wangsit
nomor lotere. Lucu, aneh, tapi nyata, beginilah budaya kita. Demam
cari wangsit di Gerpule terjadi pada periode 1980-an, ketika
narasumber kami, pak Joko Prasetyo, masih kanak-kanak
asiknya mejeng di Goa Landak
sarapan bakmi dengan udara pagi, hmmm...
Goa
Landak Sebagai Obyek Pariwisata
Awalnya,
ide pembukaan goadicetuskan oleh golongan pemuda dukuh Gerpule pada
rapat wargatahun 2012 lalu.Ide ini mendapat sambutan hangat dari para
tokoh desa. Mereka menilai pembukaan goa Landak bukan hanya untuk
mengembangkan potensi pariwisata di dukuh Gerpule tapi juga
menyingkirkan atau paling tidak meringankan kabut keangkeran yang
telah lama menyelimuti areal goa Landak.
Maka
pada tahun 2012, dimulailah usaha pembukaan goa. Proses pencarian
lokasi yang tepat ternyata membutuhkan waktu relatif lama. Hal ini
disebabkan karena konon goa Landak memiliki tiga titik pintu yang
harus ditelusuri satu persatu. Setelah dua tahunan, Mei tahun 2014,
pintu terbesar baru ditemukan. Sampai sekarang warga masih bergotong
royong melakukan eskavasi goa secara swadaya karena belum ada donatur
yang jelas. Proposal pengembangan goa sebenarnya sudah disetorkan ke
dinas pariwisata, namun belum juga mendapat jawaban.
Meski
begitu masyarakat gerpule tetap optimis goa landak akan menjadi obyek
wisata yang berskala luas karena kelebihan-kelebihan terpendam yang
dimilikinya. Tiap hari minggu dan tanggal merah, masyarakat Gerpule
tetap bersemangat melanjutkan penggalian lubang goa sedikit demi
sedikit. Meskipun dengan alat, tenaga, dan biaya terbatas mereke
bertekad menyelesaikan pembukaan goa sampai selesai.
pintu Goa Landak tampak samping |
batuan karang yang secara alami terbentuk oleh alam |
proyek eskavasi goa swadaya dari masyarakat |
Ada
satu cerita unik mengenai goa Landak dari seorang sesepuh desa yang
kami temui. Konon, seorang warga pernah masuk ke goa pada malam hari
dan mendapati wanita cantik tengah menenun baju di dalamnya. Karena
asal-usul wanita ini tidak jelas, maka warga tersebut memaksanya
keluar dari goa. Kalah tenaga, wanita itu pun terseret keluar dari
goa. Namun ketika sampai di luar wanita itu raib berubah menjadi
seekor landak yang berlari kencang. Mungkinkah ada landak
jadi-jadian menempati goa ini? Siapa berani membuktikan,
berkunjunglah ke dukuh Gerpule di desa Banjarharjo, kecamatan
Kalibawang, Kulonprogo.
bapak-bapak yang tak pernah lelah bergotong-royong merekonstruksi goa |
bapak dukuh Samiran dan sesepuh desa Gerpule |
fosil-fosil banyak ditemukan di sela bebatuan |
Narasumber:
Dukuh Gerpule (bapak Samiran)
Joko
Prasetyo (ketua pemuda Gerpule)
Bapak
Widodo (warga/aktifis eskavasi goa Landak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar